Monday, June 27, 2011

Perjalanan di Pulau Dewata (1)

21 Juni 2011
Aku berangkat ke Bali naik bis 7. Saat awal berangkat aku sempat suntuk karena teman-teman malah membahas nilai rapor. Tapi itu bukan masalah. Siangnya, kami tiba di Museum Trowulan Mojokerto. Museum ini menyimpan banyak benda bersejarah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Sayangnya aku tidak banyak menyerap informasi di sini. Payah! Kami pun melanjutkan perjalanan. Di suatu kota, entah di mana, aku menyaksikan keindahan Gunung Semeru dari dalam bus. Seandainya aku punya kamera, pasti sudah kuabadikan dan aku share di sini. Kemudian malamnya, ketika bus kami melewati Probolinggo, kami ditakjubkan oleh keindahan PLTU Paiton. Di sinilah letak salah satu kekuatan Jawa dan Bali. Ini dia gambarnya:
PLTU Paiton

Indah bukan? :)

22 Juni 2011
Kami masuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Untungnya kami tiba tengah malam dan belum begitu banyak antrian bus yang mau menyeberang. Di sana, aku mendapat pengalaman pertamaku naik kapal. Baru sedetik kakiku menginjak lantai kapal, dunia rasanya berputar. Pusing! Perut dikocok-kocok. Mual! Tapi setelah minum obat anti mabuk, semua agak berkurang. Kemudian aku dan Bernita, yang juga pertama kali naik kapal, menikmati pemandangan lautan luas. Yang terlihat hanya gelap dan kerlip lampu-lampu dari Pulau Jawa yang perlahan semakin menjauh. Mualku kembali kambuh saat kapal tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Bau solar dan goncangan ombak yang semakin menjadi menjadi penyebabnya. Tapi alhamdulillah, semua bisa diatasi dengan tidur senyenyak mungkin dalam bus setelah itu.

Kami pun transit di Rumah Makan Soka Indah untuk mandi, sholat subuh, dan sarapan. Di sana aku terkejut juga karena jam 6 pagi langit Bali masih gelap seperti jam 5 di Jawa. Unik juga, aku sholat subuh jam 6 pagi.

Kami ke Tanah Lot. Tidak banyak yang kami lakukan di sana. Untuk naik ke atas Tanah Lot, setiap orang harus melakukan proses pensucian dengan cara membasuh wajah dengan air (katanya bukan air biasa, dapat menambah kecantikan seseorang) dan menempelkan beras di dahi mereka. Selain itu juga membayar uang sukarela, mungkin untuk perawatan obyek wisata. Ah, apaan sih. Aku akhirnya tidak mengikuti serangkaian ritual tersebut. Aku berfoto bersama teman-teman dan mengunjungi The Holy Snake. Horee, aku berani memegang Ular Suci. Kata Bli Putu, Tour Guide di busku, orang yang memegang Holy Snake bakal cepet jodohnya. Apa hubungannya? Entah. Tapi, amiiin. :)

Setelah itu kami ke Tanjung Benoa Nusa Dua. Banyak hal yang sebenarnya bisa kucoba di sana. Tapi aku hanya naik Glass Bottom Boat ke Pulau Penyu. Ini pengalaman pertamaku naik boat. Sedikit menakutkan, air nyiprat sana sini, tapi seru. Di Pulau Penyu aku menggendong penyu dan berfoto dengannya. Seandainya aku punya banyak stok baju mungkin saat itu aku juga akan menggendong ular. Karena sebelumnya aku juga pernah foto bersama ular dan bau amisnya sungguh-sungguh melekat erat di baju.

Kemudian kami ke Pantai Dream Land. Wooow, di sana indaah sekali pemandangannya. Ombaknya biru dan tinggi, pasirnya putih dan halus. Banyak bule berjemur. Sayangnya waktu itu sudah tiba waktu asar, dan aku belum menunaikan Sholat Dhuhur dan Asar. Akhirnya aku hanya berfoto sebentar kemudian sibuk keliling ke sana kemari untuk mencari 'air suci mensucikan' dan tempat sholat (nggak muluk-muluk, di sana mushola kagak ada!).

Setelah itu kami melewatkan senja di perjalanan menuju Garuda Wisnu Kencana. Di sana kami menyaksikan pertunjukan Kecak yang memukau. Pertunjukannya diawali dengan gamelan yang tentunya berbeda dengan gamelan Jawa. Gamelan Bali temponya lebih cepat dan terdengar lebih semangat dibanding gamelan Jawa. Setelah itu muncul beberapa penari yang berperan sebagai Rama, Sinta, dan Anoman. Di samping itu, pertunjukan juga dihiasi oleh penari kecak yang setiap saat meneriakkan "Cak cak cak cak cak ..!" Ada moment istimewa di sini, aku melihat mas-mas penari Kecak yang tidak sebiasa yang lainnya. Mas Penari Kecak yang menari di pojok kanan depan. Haduh, aku ceritain nggak yaaa.. :$ Lumayan tinggi. Punggungnya keren. Kulitnya lebih putih dibanding penari kecak yang lain. Dan tariannya memukau, lebih ekspresif dan berenergi. Yaaah, itu pertama dan terakhir kalinya aku ketemu masnya. 

2 comments:

  1. Woo... Kowe ya ngesir mase penari kecak ta?

    ReplyDelete
  2. Sst, ini rahasia. Haha.

    Asline mung tak batin thok, tapi di bis temen2 juga bilang masnya yang itu keren.

    ReplyDelete

Leave your comment here ..