Monday, June 27, 2011

Perjalanan di Pulau Dewata (2)

Setelah dengan berat hati meninggalkan Garuda Wisnu Kencana, kami akhirnya tiba di Hotel Trio, tempat kami menginap dua hari ke depan. Aku sekamar dengan Fitropa, Nganisa, dan Isna. Sembari antri mandi, kami menata kamar kami serapi mungkin sampai-sampai si Kikik, penghuni kamar sebelah, memuji kamar kami, "Ya ampuun, rapi banget ik." :D

23 Juni 2011
Kami terbangun dari tidur karena suara teman kami, Rizal Yunan Rifai. Dia membangunkan kami sekitar pukul 04.30 WITA. Ahh, itu kalau di Jawa masih bisa buat sholat Tahajud. Tapi kami tidak bergegas bangun, kami melanjutkan tidur karena -tau sendirilah- lelah menyelimuti. Mungkin kami baru tidur jam 01.00 WITA karena menunggu rambut yang baru saja kami keramasi itu kering.

Paginya, ketika kesadaran kami telah pulih 100%, kami mengunjungi Museum Bajra Sandi. Lagi-lagi aku tidak mengambil banyak informasi di sana. Aku hanya menyusuri setiap jengkal Museum, menatap kagum, dan mencari objek-objek bagus untuk berfoto. Aku sempat naik ke tangga spiral yang menghubungkan ke tempat paling tinggi museum. Entah mungkin karena dianggap suci, tangga tersebut tidak boleh dinaiki oleh perempuan yang sedang haid. Kasihan teman-temanku! Karena setelah menaiki tangga spiral yang membuat kami pusing itu, kami bisa melihat keindahan kota.

Dari Museum Bajra Sandi, kami menuju ke Kintamani. Kintamani merupakan obyek wisata alam yang memukau. Di sana terdapat Gunung batur yang di bawahnya berserakan bebatuan hitam sisa letusan gunung. Kata Bli Putu, kalau Gunung Batur terjadi letusan kecil-kecilan, malah bakal jadi bahan tontonan dan obyek wisata menjadi semakin ramai. Waw! Di bawah Gunung Batur terdapat Danau Batur yang di seberangnya terdapat Desa Terunyan. Desa ini terkenal karena orang-orang yang sudah meninggal di sini tidak dikuburkan melainkan diletakkan begitu saja di bawah pohon. Uniknya, mayat tersebut tidak mengeluarkan bau. Sayang sekali, di Kintamani kami hanya diberi waktu secuil untuk makan, sholat, dan berfoto. Padahal aku ingin sekali menyeberang danau dan melihat mayat berserakan di Desa Terunyan.

Kemudian kami ke Pasar Seni Sukowati. Di sini aku membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Aku menyadari satu hal, aku sudah berhasil menjadi lebih feminin karena kemampuan menawar barangku meningkat. Hahaha. Sekarang aku bisa menawar barang menjadi seperlima dari harga aslinya. Asyik, asyik.. Kalau tahu menawar itu asyik aku jadi pingin belanja-belanja di pasar deh. Hehe.

Setelah itu kami menuju Pantai Kuta. Di sepanjang jalan, kami berasa seperti ada di luar negeri. Bule-bule berlalu lalang. Di Pantai Kuta aku melewatkan moment penting yang seharusnya bakal jadi seru, ngobrol bareng bule. Di sana aku cuma bisa ngekor di belakang Tika Permata Sari yang sudah berani bercakap dengan bule dan mengajaknya foto bersama. Setelah itu, kami menikmati senja Kuta, menanti matahari tenggelam di batas cakrawala. Yuhuu, sunset terindah di dunia .. :)

SCIFO di Pantai Kuta, menanti senja .. :)

2 comments:

  1. Aku tersipu :)
    Btw iya tuh di Kintamani kurang lama :( tapi kan akhirnya kamu bisa asyik menawar

    ReplyDelete
  2. Tapi tetep ra cucuk solare. Adoh2 tekan gunung mung nggo mangan.
    -___-

    ReplyDelete

Leave your comment here ..