Thursday, December 22, 2011

Waktu: Detik dan Detak

Suatu hari di masa lalu, aku dan kau bercengkrama. Kau bertanya padaku, "Menurutmu, apa itu waktu?" Aku terdiam beberapa lama dalam tanda tanya. Kau pun juga.

...

Kemudian tempo hari, kau (lagi-lagi) mengesankanku. Katamu, waktu berbicara bukan tentang lamanya jam berdetik, tapi tentang seberapa lama jantungmu sanggup berdetak.

...

Sejak saat itu aku tahu, kau adalah orang yang tidak akan pernah membiarkan jantungmu berdetak sia-sia, karena bagimu waktu adalah detak jantungmu. Kau rela lakukan apapun bahkan ketika jam dinding telah berkali-kali meyakinkanmu bahwa hari telah larut.

...

Tahukah kau? Kau membuatku juga mengabaikan jam dinding malam ini, meski sebenarnya aku pun tak ingin. Entah kenapa. Yang jelas, sejak kudengar kabar kau sedang tidak baik-baik saja, mataku mendadak bandel, tidak juga segera ingin beranjak tidur.

Colomadu,  22 Desemer 2011
00:25
Read More»»

Tuesday, December 13, 2011

Menggalaukan Matahari

Hujan bernyanyi di luar sana. Seperti sebuah lagu sendu yang iramanya senada dengan senandung yang mengalun malu-malu di hatimu. Perlahan air itu jatuh memecah sunyi. Hanya dalam sepersekian detik, waktu menjadi riuh, dan akhirnya menjadi gaduh.

Saat itu aku sedang bersama sepi sebelum akhirnya dia terusir riuh. Aku sedang menikmati sore setelah lelah berkutat pada baju-baju setrikaan tiga hari yang sepertinya sedang berlomba dengan gedung-gedung kota untuk menjadi yang lebih tinggi.

Tiba-tiba sebuah sms masuk, dari kawan lama.
"Hati-hati hujan! Menurut ilmu pengetahuan modern, hujan terbukti dapat memicu kegalauan. Apakah Anda galau?"

Aku tertawa. Bagaimana dia bisa tahu? Di sini aku sedang berada di balik jendela. Menunggu munculnya kembali matahari yang sekarang tertutup awan abu-abu. Mungkin kau bertanya matahari yang mana. Boleh ku jawab? Matahari yang sama, Mentari Pelupuk Senja.

13 Desember 2011
16:27
Read More»»

Saturday, December 3, 2011

Why Indonesian High School Students are Stressed Out

No one can deny that studying becomes an important thing to do. It is not an activity that can be chosen, but it becomes a compulsory for all students arround the world. In this globalization era, especially in Indonesia, a tight competition to get a good school, good university and decent job makes Indonesian students have to make a hard effort if they really want to get it. After graduating from high school, the competition is tighter than before. As a result, Indonesian high school students are demanded to study harder and harder because they have to be ready to face the tight competition in their future. Some of them do not consider it as a burden, but some others feel so stressed out. I believe that stress faced by Indonesian high school students is caused by some reasons.

First, many Indonesian high school students feel stressed out because of the enormous demands from surroundings. For example, competition with other students in the same school to take a program such as science and social class that they prefer makes the students have to study hard. After entering the program that they prefer, they still have to face a tight competition to be accepted in a good university. It also needs a hard effort. Some parents also make a high score target for their children because they think that high score can absolutely make their children successful in the future. They think that the high score will help their children to get a good university after graduating from high school. To help the students to get a good university, some teachers also give many assignments and encourage the students to get a good result. It can be a burden for students because they have too many things to think so that they become stressed out.

Second, stress faced by Indonesian high school students is caused by the tight schedule that the students have. Students have to go to school early and go home late because of some school activities, such as additional lessons and extracurricular activities. After school, some students also have to join a course. They almost go home late everyday. After having a course, even though they have been tired, they have to prepare for the next day school activities, such as homeworks, examinations, presentations, and etc. Because of that tight schedule, students find a difficulty to manage their time wisely. Some of them are getting sick and frustated easily.

Third, the students are also stressed out because of their own pshycological condition. As we know, life is more complex than books, theories, and good scores. Some students also have problem that must be solved. Maybe they have problem with their family, friends, teachers or others. Sometimes, the students are afraid with their teacher. This condition is absolutely bad because it can make them difficult to digest what the lesson. It is frustating for them because they have to understand the materials to get a good score but they can’t digest the materials. As a result, they don’t have any confidence and feel desperate to learn.

In conclusion, tight schedule, demands for high score from teacher and parents, and student’s phsycologycal condition can be such burden for some Indonesian high school students. It causes the students get difficulties in studying. Those difficulties can make them feel desperate and then being stressed out.

Read More»»

Tuesday, October 18, 2011

Kangen

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api.

W.S.Rendra


Ketika tungku tidak memiliki api dia tak ada gunanya, pun ketika api tidak memilik pematik. Jangan main api, tungkupun bisa terbakar!
Read More»»

Sunday, October 2, 2011

Kitaro - Matsuri (SCIFO moment)



Pas kelas XI dulu, entah tanggal berapa, SCIFO pernah main instrument Kitaro-Matsuri untuk ujian seni musik.
How beautiful it was ! :)
Alat musik yang kita gunakan dulu cuma drum, jimbe, pianika, recorder, gitar, keyboard, dan marakas. Sederhana, tapi mengena.

Awalnya ada anak yang cuma iseng-iseng dengerin lagu ini di komputer kelas. Trus tiba-tiba tercetus ide untuk memainkan lagu ini untuk ujian seni musik. Siip. Akhirnya dilakukan pendataan alat musik apa yang dimainkan. Setiap anak memainkan minimal satu alat musik. Setelah selesai didata, notasi demi notasi pun disusun, sesuai dengan alat musik yang akan dimainkan.

Diawali dengan drum, yang dimainkan oleh Andi. Kemudian dilanjutkan dengan permainan jimbe oleh -ketoke sak elingku- Hasan, Beny, Bayu, Sony. Baru setelah itu pianika. Yang main pianika jumlahnya paling banyak. Jadi pianika dibagi menjadi tiga regu, regu chord, suara 1, dan suara 2. Perpaduan yang indah terletak pada reff ketika pianika (baik chord, suara 1, maupun 2) berkolaborasi dengan merdunya suara recorder. Wah wah wah. Setelah itu kita dengerin Astrid ber-solo keyboard. Bagusnya melebihi Kevin Vierra. *eh

Endingnya klimaks banget. Nggak bisa diceritain di sini. Seandainya waktu itu ada yang ngerekam, udah pasti sejak dulu aku abadikan dalam catatan ini. Sayangnya, NGGAK ADA.

Tapi aku nggak bakal lupa gimana sensasinya ketika memegang tuts pianika dan teriak "SCI-F0-SCI-FO-SCI-FO .. !" di akhir lagu. Rasanya berkesan banget.
Read More»»

Wednesday, September 28, 2011

Apa Itu Buta Warna?

Buta warna, seperti namanya, merupakan sebuah penyakit -lebih tepat disebut kelainan-, yang menyebabkan seseorang tidak mampu membedakan warna. Masyarakat sering salah kaprah mengenai penyakit ini. Banyak yang mengira penderita buta warna hanya mampu menerjemahkan warna hitam dan putih saja. Padahal sebenarnya penyakit ini diklasifikasikan menjadi beberapa tipe buta warna, di antaranya:

  1. Monokromasi, tipe inilah yang paling dikenal oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
  2. Dikromasi, yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Dikromasi dibagi menjadi 3, yaitu:
    • Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang.
    • Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.
    • Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan.
  3. Trikomasi, yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitivitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikomasi:
    • Protanomali, seorang buta warna lemah mengenal merah.
    • Deuteromali, warna hijau akan sulit dikenali oleh penderit.
    • Trinomali, kondisi di mana warna biru sulit dikenali penderita.
Mengapa bisa terjadi?
Faktor utama terjadinya buta warna adalah faktor genetis, di mana sifat-sifat buta warna itu mau tidak mau menurun sejak manusia itu lahir dan akan diturunkan pula ke generasi penerus mereka. Sifat-sifat ini berupa genotipe (sifat yang tidak tampak dari luar) yang akan dimanifestasikan ke dalam fenotip (sifat yang tampak dari luar). Manusia memiliki 46 kromosom, yang tersusun atas 44 autosom dan 2 gonosom. Gonosom XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki. Autosom maupun gonosom inilah yang akan membawa sifat-sifat tersebut.

Laki-laki dan perempuan memiliki autosom yang sama, baik dari segi jumlah maupun jenis. Oleh karena itu, apabila suatu sifat dihantarkan melalui autosom, maka laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan maupun tidak mendapatkan sifat tersebut.


Lain halnya apabila gonosom yang membawa sifat-sifat. Seperti yang kita ketahui, laki-laki dan perempuan memiliki gonosom yang berbeda, yaitu laki-laki XY dan perempuan XX. Oleh karena itu, apabila suatu sifat terkait dengan kromosom tertentu, misalnya X, maka sifat tersebut akan lebih mudah diturunkan pada laki-laki, karena laki-laki hanya memiliki satu kromosom X. Dan akan diturunkan pada perempuan apabila kedua kromosom X menggandeng sifat-sifat tersebut. Apabila hanya salah satu kromosom X-nya yang membawa sifat-sifat tersebut, maka penurunan sifat belum tentu terjadi. Kebanyakan hanya akan membuat perempuan tersebut menjadi carrier atau pembawa sifat. Ia tidak mendapatkan sifat tersebut secara fenotip, namun akan menurunkan sifat tersebut pada anaknya. Dan apabila sifat tersebut terkait dengan kromosom Y, dapat dipastikan sifat tersebut tidak akan diturunkan pada perempuan, yang notabene kedua kromosomnya adalah X.


Namun dalam kasus buta warna, buta warna diturunkan oleh kromosom X. Mungkin penjelasan yang rumit di atas dapat dipersingkat melalui penjelasan dalam gambar di bawah ini:


Karena itulah buta warna lebih sering ditemukan pada pria (7-8%) daripada wanita (0.4-0.5%). Seorang ayah yang buta warna dapat memiliki anak perempuan normal yang pembawa buta warna ataupun anak laki-laki yang buta warna. Apabila wanita pembawa buta warna menikah dengan pria normal sekalipun, ia masih mungkin memiliki anak laki-laki yang buta warna. Anak perempuan buta warna hanya mungkin dihasilkan dari ibu pembawa buta warna dan ayah yang buta warna.


Bagaimana buta warna dideteksi? 
Buta warna yang dibawa secara genetis biasanya baru diketahui ketika anak sudah mulai agak besar, yaitu ketika si anak mulai belajar mengenali warna (usia TK). Untuk memastikan jenis dan derajat buta warna, dapat dilakukan berbagai uji. Salah satunya yang cukup sering digunakan adalah uji isokromatik Ishihara.



Dapatkah disembuhkan?
Buta warna yang diturunkan secara genetis bukan lagi penyakit, melainkan kelainan. Sehingga tidak dapat disembuhkan. Namun buta warna yang didapat karena faktor selain genetis, lebih memiliki peluang untuk disembuhkan.

Apakah membahayakan?
Tidak membahayakan. Seorang penderita buta warna dapat beraktivitas seperti orang normal lainnya. Namun, buta warna memiliki dampak negatif yang dapat mempengaruhi hidup sang penderita.
  1. Sudah pasti, penderita tidak dapat  mengenali beberapa warna. Terlebih penderita buta warna tipe monokromatis yang hanya mengenali warna hitam, putih, abu-abu.
  2. Penderita yang ingin menjadi anggota militer, dokter, pemadam kebakaran, pelukis, arsitek, pilot, atau mekanik elektrik, mungkin akan kesulitan mencapai mimpinya.
  3. Untuk masuk ke perguruan tinggi tertentu, harus lolos tes bebas buta warna.
  4. Penderita akan kesulitan mendapatkan SIM karena untuk memperoleh SIM harus lolos tes bebas buta warna.
  5. Mungkin juga akan berpengaruh pada kehidupan percintaan sang penderita, mengingat penyakit ini bersifat menurun.
Jika Anda bukan penderita buta warna, bersyukurlah! Pergunakan nikmat melihat itu dengan sebaik-baiknya. Jika Anda penderita buta warna, tetaplah bersyukur! Di luar sana, masih banyak orang yang bahkan tidak dapat melihat. :D


Read More»»

Malam Lebaran

Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan

Sitor Situmorang


Parafrase Puisi:
Lebaran, sebagaimana dipahami banyak orang, merupakan saat-saat penuh kebahagiaan bagi umat yang merasa dirinya beriman setelah berhasil menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tak dapat disangkal, apa pun pangkat, kedudukan, dan status sosialnya, nyaris semua orang tenggelam dalam euforia hari raya itu. Mudik, makan ketupat, parsel makanan, baju baru, silaturahmi, berebut uang fitrah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Benarkan yang demikian ini disebut sebagai hari kemenangan? Dalam puisinya yang berjudul Malam Lebaran, Sitor Situmorang memberikan pandangan yang berbeda mengenai hari lebaran. Dengan kepiawaiannya membangun simbolisme dan kekuatan menciptakan citraan, Sitor berhasil menyampaikan sebuah kritik terhadap kesalahkaprahan masyarakat dalam memaknai hari lebaran.

Beberapa sumber mengatakan, puisi Malam Lebaran ini dilatarbelakangi oleh peristiwa yang terjadi pada malam lebaran ketika Sitor Situmorang hendak pergi ke rumah Pramoedya Ananta Noer. Ternyata ia tersesat. Ketika ia tersesat, ia melihat sebuah tembok putih. Ia penasaran apa yang ada di baliknya. Ia pun melongokkan kepalanya dan berkata, “Oo, kuburan.” Kemudian ia melanjutkan perjalanannya mencari rumah Pramoedya. Rupanya peristiwa tersebut meninggalkan kesan mendalam dalam benak Sitor sehingga ia pun mengabadikannya dalam sebuah puisi dan menggunakan simbol-simbol “bulan” dan “kuburan” untuk menjelaskan realita malam lebaran yang terjadi pada kebanyakan masyarakat kita. Kata “bulan” menggambarkan kebahagiaan dan kemeriahan malam lebaran. Sedangkan kata “kuburan” menggambarkan kepedihan kaum tak berpunya yang bahkan bingung harus makan apa pada keesokan harinya. Sehingga frase “bulan di atas kuburan” dapat diartikan sebagai keterasingan kaum tak berpunya di antara meriahnya malam lebaran.

Lebaran tidak semestinya digunakan sebagai momentum untuk berhura-hura. Ada yang terlupa bahwa di balik kemeriahan malam lebaran, ada juga ketragisan hidup. Tidak sedikit saudara-saudara kita yang masih harus “berpuasa” dan mengalami kelaparan pada hari bahagia itu. Mereka tidak bisa mudik dan terlibat dalam hiruk-pikuk penyambutan lebaran di kampung halaman. Situasi dan keadaan yang kurang menguntungkan memaksa mereka untuk meniadakan momentum lebaran dalam kamus hidup mereka. Mereka hanya bisa mendengarkan gema suara takbir yang terdengar pilu, sepeti menikmati lengkingan orkestra yang tragis dan menyayat nurani. Pada hari itu, kita juga berpisah dengan bulan yang seharusnya menjadi bulan yang kita nantikan kedatangannya. Kapan lagi kita dapat menemukan bulan di mana setan-setan dibelenggu, pahala diobral besar-besaran, pintu surga dibuka lebar-lebar, serta pintu neraka ditutup rapat-rapat? Bukankah seharusnya kita bersedih?

Ramadhan bukan sekedar bulan di mana kita, sebagai orang beriman, diwajibkan menahan lapar dan dahaga. Pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, kita dapat memperoleh rahmat Allah. Mereka yang ingin mendapatkannya berlomba-lomba meningkatkan amalan baiknya. Pada sepuluh hari kedua, ampunan Allah diturunkan ke bumi. Dan pada sepuluh hari terakhir, ada satu malam yang jika kita mendapatkannya maka kebaikannya sama dengan amalan selama seribu bulan. Malam ini biasa disebut Lailatul Qadr atau disebut malam pembebasan dari siksa api neraka.

Yang lebih sering terjadi di masyarakat kita, justru bukan tangisan sedih ditinggal bulan ramadhan. Pada malam lebaran, hal-hal yang bersifat keduniawian justru semakin penuh sesak. Pasar tradisional, toko sembako, mall-mall, hingga jalan raya, tidak pernah sepi dari hiruk pikuk manusia. Nyaris sama dengan sesaknya hati kaum tak berpunya yang tidak tahu harus membelanjakan apa untuk hari raya pada keesokan harinya.

Kekontrasan tersebut seharusnya berganti dengan renungan dan doa-doa panjang sebagai wujud pengharapan atas ampunan Allah. Itulah yang disebut dengan sebenar-benarnya hari kemenangan, ketika umat manusia berhasil mengalahkan hawa nafsunya dan meningkatkan kualitas diri. Bukan tetap sama saja, sibuk dengan urusan dunia.

Read More»»

Saturday, September 17, 2011

Kita: Butir Pasir

Kita batu yang melapuk
Hanya butir pasir berserak di hamparan zaman
Mengepak sayap dalam hembusan angan
Itulah kita!
yang mengepung diri dalam fana

Kita batu yang melapuk
Hanya kehinaan yang berbangga diri
Letih tertatih dalam takdir
Beginilah kita!
Yang sengaja terjebak dalam fatamorgana

Kita butir pasir yang bodoh
Hanya sosok buta yang mengembara
Meraba-raba di manakah sebenarnya muara?
Read More»»

Saturday, September 10, 2011

Mentari Pelupuk Senja

dia masih saja sama
seperti mentari melambai di pelupuk senja
menyisa dingin di antara gelap gulita


9 September 2011

Read More»»

Monday, August 1, 2011

Untukmu Calon Dokter ..

Rekan yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda. Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah. Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Kasian gaan .. :(


Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”Dik, mau diceritain dongeng nggak oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “Maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.

Sumber: di sini
Read More»»

Wonderful Camping

7 Juli 2011
Hari itu adalah hari kamis pekan terakhir liburan. Terkisah, empat orang anak ababil sedang mencari kegiatan di detik-detik terakhir liburan meteka. Mereka adalah Endera, Annisa, Nadiya, dan aku. Ya, harus diakui, aku juga menjadi salah satu dari empat anak ababil tersebut. -___-

Kami pergi berkemah untuk mengisi detik-detik terakhir liburan kami. Sekitar pukul lima sore hari, kami bergegas berangkat menuju area perkemahan. Kami berangkat sendiri-sendiri, dan aku adalah orang kedua yang tiba di sana setelah Endera. Karena area perkemahan masih sepi, kami pergi dulu untuk menyiapkan bekal. Tidak jauh-jauh, ada sebuah toko yang cukup megah di sana, namanya Indomar*t. Kami pun memutuskan untuk membeli bekal di sana.

Setelah bekal tercukupi, kami kembali ke area perkemahan. Tidak lama setelah aku dan Endera kembali, Nadiya datang dengan membawa tenda dan peralatan lainnya. Senangnya .. Karena senja telah tiba dan matahari akan segera tenggelam di batas cakrawala, kami segera mendirikan tenda kami, tempat yang rencananya akan kami jadikan tempat tidur.

Ternyata membuat tenda sangat lebih sulit dibanding tidur di dalamnya. (yaiyalah!) Aku, Endera, dan Nadiya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk dapat membuatnya berdiri dengan benar. Oh tidaaak! Matahari sudah melambaikan tangan, bersiap pergi meninggalkan kami. Tapi kami beruntung, masih ada bulan, bintang, dan kerlip lampu di sekitar arena perkemahan yang mau membantu kami.

Dan TARAAA ..! Tenda kami berhasil berdiri. Setelah sholat dan mengucap syukur kepada Allah, kami mencari makanan di sekitar perkemahan. Ketika meninggalkan arena perkemahan, kami bertemu dengan Annisa. Lengkap sudah anak ababil berkumpul. Kami segera bergegas berangkat.

Kami melewati jalan terjal dan gelap. Yaa, biasalah kemah. Mana ada yang serba instan? Di ujung kegelapan, kami menemukan cahaya. Itu dia yang kami cari. Kami menyebutnya dengan istilah HIK, alias Hidangan Istimewa Kampung. Aku makan dua bungkus nasi kucing dan segelas es teh. Menyenangkan sekali makan di HIK, meski remang-remang, tapi murah dan dijamin kenyang. Apalagi ditraktir sama Endera. Seru abislah.

Setelah itu kami kembali ke arena perkemahan. Di perjalanan kami sempatkan mampir di Indomar*t untuk (lagi2) membeli bekal. Dan mereka utang aku. Hahaha.

Inilah kemah gaya 2011!! Kami menyiapkan perangkat pendukung kegiatan kami, yaitu laptop, charger laptop, dan oloran. Malam itu kami berencana nonton film horor semalaman. Untuk mengurangi rasa horor di sekitar arena perkemahan, kami memasang lampu-lampu kerlap-kerlip yang unyuu di sekitar tenda.

Oiya, kami tidak menghabiskan malam di dalam tenda. Kami menonton film dan tidur di luar tenda, bersama karpet, bantal, selimut, sembari menikamati keindahan langit. Ternyata enak juga tidur di bawah bintang.

Dan seperti yang udah gue duga sebelumnya. Kami nggak bakal bener-bener nonton film horor. Kami hanya menimati sebuah film horor korea yang juga cenderung ke drama, filmnya menguras otak, bukan adrenalin. Hahaha. Dan tahukan teman-teman apa yang kita tonton setelah itu? We Got Married (WGM) Khuntoria dari episode 1 sampai episode tak terhingga. Bagi yang belum tau, WGM itu adalah salah satu reality show favorit di Indonesia dan Korea yang isinya hal-hal lucu dan romantis. Cari tau sendiri yaa ..

Kami menonton WGm sampai pagi. Aku izin tidur duluan jam 1 pagi, sedangkan tiga teman ababilku, tidur jam 3 pagi.

Paginya, kami bangung kesiangan. Bagi kami alarm cuma mitos karena tidak benar-benar berfungsi. Kami bangun jam 05.15 dan baru sholat subuh jam 05.30. Payah. Rambut kami lepek, basah, dijatuhi embun. Kulit kami meringding kedinginan dibelai angin pagi. Beginilah suasana ketika menyatu dengan alam. Setelah itu kami lanjut nonton WGM, dan baru beres-beres yenda ketika matahari sudah berada tepat di atas kami.
Tampilan kami waktu nonton pilm


NB:
Lokasi kemah di lantai 3 rumah Endera Ayu Luviana, Fajar Indah, Colomadu, Karanganyar. :D
Read More»»

Sunday, July 3, 2011

Mengapa Kita Membaca Al-Qur'an?

Mengapa kita membaca Al-Qur'an meskipun tidak memahami satupun artinya?
Berawal dari kesuntukanku saat membuka akun facebook yang berisi orang-orang alay, akhirnya aku memutuskan untuk memilah-milah friend facebook-ku dan meng-unfriend beberapa orang tidak dikenal yang terindikasi alay. Tanpa sengaja, aku menemukan sebuah note yang menurutku menarik dari seorang friend facebook-ku yang aku tidak tahu siapa dia, mungkin dia juga copas dari kaskus. Aku copas dan aku edit sedikit biar bahasanya bukan bahasa kaskuser. Silakan dibaca .. :)

Mengapa kita membaca Al-Quran meskipun tidak mengerti satupun artinya? Mungkin hal itu pernah hinggap dipikiran kita. Dan tidak bisa dipungkiri hanya segelintir orang yang dapat memahami arti dari Al-Quran ..

Jadi, kenapa kita masih perlu membacanya? Walau tidak mengerti artinya? Mungkin cerita berikut dapat membuat kita mengerti mengapa kita harus membaca Alquran ..
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur'an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan mencoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.


Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : " Kakek, aku coba membaca Al-Qur'an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?


Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, menjawab pertanyaan sang cucu : "Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air."


Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, "Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali ".


Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.


Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya.


Kakeknya mengatakan : "Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. " dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah.
Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : "Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja".


Sang kakek menjawab : "Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu."


Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. 
"Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Qur'an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam."


Betapa menakjubkannya Al-Qur'an. Di saat kita membacanya. Al-Qur'an mampu memberi perubahan yang dahsyat terhadap kita, apalagi jika kita memahami arti dan maknanya. Subhanallah.
Read More»»

Monday, June 27, 2011

Perjalanan di Pulau Dewata (3)

24 Juni 2011
Kami belanja di Teman Joger. Di sini aku borong sandal dan beli satu kaos buat abi tercinta. Sampai di bus, Pak TW berdecak sambil melihat barang belanjaanku, "Ckckck, ngene ki bocah wedok ragate larang. Bocah lanang ditukokke sepatu siji wae wis seneng, nek wedok ii 10 wae mengko njaluk tukokne meneh." Malu aku dikata begitu. Ngapunten Pak, barang ingkang kulo tumbas niku mboten kagem kulo thok, nanging ugi kagem sedulur.

Setelah dari Teman Joger kami mengunjungi wisata Bedugul. Tidak jauh berbeda dengan Kintamani, Bedugul juga menyajikan wisata alam yang memukau. Di sana aku menaiki boat untuk yang kedua kalinya, meskipun dengan model boat yang berbeda, kemudian berkeliling memutari danau. Indah dan dingin.

Setelah itu kami pulang ke Solo. Kembali menyeberang dengan kapal feri. Bedanya, kapal kedua ini lebih bagus dan lebih nyaman sehingga aku sama sekali tidak merasakan mabuk laut. Horee!! Di Probolinggo kami juga melewati Paiton untuk yang kedua kalinya. Meskipun tengah malam, kami menyempatkan waktu dan tenaga untuk menyaksikan keindahan Paiton lagi. Indah sekali. Sebenarnya romantis, tapi sangat aneh jika ada orang pacaran di PLTU. Ya kan?

Betapa menyenangkan perjalanan ke Bali, maskot Indonesia yang sering disebut dengan The Last Paradise, Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, atau Pulau Kahyangan. Perjalanan menjadi lebih indah dan menyenangkan karena mereka, SCIFO.

Not my class, not your class, but OUR CLASS .. :)

25 Juni 2011
Kami tiba di Solo pagi hari. Sesampainya di rumah, tanpa basa basi aku langsung menyerbu kamar mandi. Aku segera menyadari satu hal, tidak ada tempat yang lebih nyaman selain di rumah. Aku bisa mandi sepuasnya, hal yang tidak bisa aku lakukan dalam perjalanan. Setelah mandi aku makan. Makan pun sepuasnya karena entah karena apa masakan rumah jauh lebih enak daripada masakan di Bali. Ups! Setelah itu aku tidur sepuasnya. Membalaskan dendamku karena waktu istirahatku yang sangat kurang.

Oya, ada satu hal yang benar-benar aku rindukan di Bali selain keluarga dan rumah. Suara adzan dan tempat sholat yang nyaman. Mereka tidak dapat kita temukan di Bali. Setibanya di tanah Jawa, baru aku sadari betapa merdunya suara adzan dan nikmatnya sholat di tempat yang nyaman.

Sayang sekali aku harus sakit setelah dari Bali, bukan hanya sakit pilek, bahkan kejadian yang dulu pernah aku alami ketika SMP tepatnya sebelum Jambore Nasional itu kembali terulang. Hmm, pertanda aku kecapekan. Waktu yang dihabiskan bersama teman-teman itu memang kerap membuat kita lupa bahwa tubuh kita juga perlu istirahat.

SCIFO, aku sayang kaliaan! Sampai ketemu di kelas XII !! :D

Read More»»

Perjalanan di Pulau Dewata (2)

Setelah dengan berat hati meninggalkan Garuda Wisnu Kencana, kami akhirnya tiba di Hotel Trio, tempat kami menginap dua hari ke depan. Aku sekamar dengan Fitropa, Nganisa, dan Isna. Sembari antri mandi, kami menata kamar kami serapi mungkin sampai-sampai si Kikik, penghuni kamar sebelah, memuji kamar kami, "Ya ampuun, rapi banget ik." :D

23 Juni 2011
Kami terbangun dari tidur karena suara teman kami, Rizal Yunan Rifai. Dia membangunkan kami sekitar pukul 04.30 WITA. Ahh, itu kalau di Jawa masih bisa buat sholat Tahajud. Tapi kami tidak bergegas bangun, kami melanjutkan tidur karena -tau sendirilah- lelah menyelimuti. Mungkin kami baru tidur jam 01.00 WITA karena menunggu rambut yang baru saja kami keramasi itu kering.

Paginya, ketika kesadaran kami telah pulih 100%, kami mengunjungi Museum Bajra Sandi. Lagi-lagi aku tidak mengambil banyak informasi di sana. Aku hanya menyusuri setiap jengkal Museum, menatap kagum, dan mencari objek-objek bagus untuk berfoto. Aku sempat naik ke tangga spiral yang menghubungkan ke tempat paling tinggi museum. Entah mungkin karena dianggap suci, tangga tersebut tidak boleh dinaiki oleh perempuan yang sedang haid. Kasihan teman-temanku! Karena setelah menaiki tangga spiral yang membuat kami pusing itu, kami bisa melihat keindahan kota.

Dari Museum Bajra Sandi, kami menuju ke Kintamani. Kintamani merupakan obyek wisata alam yang memukau. Di sana terdapat Gunung batur yang di bawahnya berserakan bebatuan hitam sisa letusan gunung. Kata Bli Putu, kalau Gunung Batur terjadi letusan kecil-kecilan, malah bakal jadi bahan tontonan dan obyek wisata menjadi semakin ramai. Waw! Di bawah Gunung Batur terdapat Danau Batur yang di seberangnya terdapat Desa Terunyan. Desa ini terkenal karena orang-orang yang sudah meninggal di sini tidak dikuburkan melainkan diletakkan begitu saja di bawah pohon. Uniknya, mayat tersebut tidak mengeluarkan bau. Sayang sekali, di Kintamani kami hanya diberi waktu secuil untuk makan, sholat, dan berfoto. Padahal aku ingin sekali menyeberang danau dan melihat mayat berserakan di Desa Terunyan.

Kemudian kami ke Pasar Seni Sukowati. Di sini aku membeli beberapa barang untuk oleh-oleh. Aku menyadari satu hal, aku sudah berhasil menjadi lebih feminin karena kemampuan menawar barangku meningkat. Hahaha. Sekarang aku bisa menawar barang menjadi seperlima dari harga aslinya. Asyik, asyik.. Kalau tahu menawar itu asyik aku jadi pingin belanja-belanja di pasar deh. Hehe.

Setelah itu kami menuju Pantai Kuta. Di sepanjang jalan, kami berasa seperti ada di luar negeri. Bule-bule berlalu lalang. Di Pantai Kuta aku melewatkan moment penting yang seharusnya bakal jadi seru, ngobrol bareng bule. Di sana aku cuma bisa ngekor di belakang Tika Permata Sari yang sudah berani bercakap dengan bule dan mengajaknya foto bersama. Setelah itu, kami menikmati senja Kuta, menanti matahari tenggelam di batas cakrawala. Yuhuu, sunset terindah di dunia .. :)

SCIFO di Pantai Kuta, menanti senja .. :)
Read More»»

Perjalanan di Pulau Dewata (1)

21 Juni 2011
Aku berangkat ke Bali naik bis 7. Saat awal berangkat aku sempat suntuk karena teman-teman malah membahas nilai rapor. Tapi itu bukan masalah. Siangnya, kami tiba di Museum Trowulan Mojokerto. Museum ini menyimpan banyak benda bersejarah peninggalan zaman Kerajaan Majapahit. Sayangnya aku tidak banyak menyerap informasi di sini. Payah! Kami pun melanjutkan perjalanan. Di suatu kota, entah di mana, aku menyaksikan keindahan Gunung Semeru dari dalam bus. Seandainya aku punya kamera, pasti sudah kuabadikan dan aku share di sini. Kemudian malamnya, ketika bus kami melewati Probolinggo, kami ditakjubkan oleh keindahan PLTU Paiton. Di sinilah letak salah satu kekuatan Jawa dan Bali. Ini dia gambarnya:
PLTU Paiton

Indah bukan? :)

22 Juni 2011
Kami masuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Untungnya kami tiba tengah malam dan belum begitu banyak antrian bus yang mau menyeberang. Di sana, aku mendapat pengalaman pertamaku naik kapal. Baru sedetik kakiku menginjak lantai kapal, dunia rasanya berputar. Pusing! Perut dikocok-kocok. Mual! Tapi setelah minum obat anti mabuk, semua agak berkurang. Kemudian aku dan Bernita, yang juga pertama kali naik kapal, menikmati pemandangan lautan luas. Yang terlihat hanya gelap dan kerlip lampu-lampu dari Pulau Jawa yang perlahan semakin menjauh. Mualku kembali kambuh saat kapal tiba di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Bau solar dan goncangan ombak yang semakin menjadi menjadi penyebabnya. Tapi alhamdulillah, semua bisa diatasi dengan tidur senyenyak mungkin dalam bus setelah itu.

Kami pun transit di Rumah Makan Soka Indah untuk mandi, sholat subuh, dan sarapan. Di sana aku terkejut juga karena jam 6 pagi langit Bali masih gelap seperti jam 5 di Jawa. Unik juga, aku sholat subuh jam 6 pagi.

Kami ke Tanah Lot. Tidak banyak yang kami lakukan di sana. Untuk naik ke atas Tanah Lot, setiap orang harus melakukan proses pensucian dengan cara membasuh wajah dengan air (katanya bukan air biasa, dapat menambah kecantikan seseorang) dan menempelkan beras di dahi mereka. Selain itu juga membayar uang sukarela, mungkin untuk perawatan obyek wisata. Ah, apaan sih. Aku akhirnya tidak mengikuti serangkaian ritual tersebut. Aku berfoto bersama teman-teman dan mengunjungi The Holy Snake. Horee, aku berani memegang Ular Suci. Kata Bli Putu, Tour Guide di busku, orang yang memegang Holy Snake bakal cepet jodohnya. Apa hubungannya? Entah. Tapi, amiiin. :)

Setelah itu kami ke Tanjung Benoa Nusa Dua. Banyak hal yang sebenarnya bisa kucoba di sana. Tapi aku hanya naik Glass Bottom Boat ke Pulau Penyu. Ini pengalaman pertamaku naik boat. Sedikit menakutkan, air nyiprat sana sini, tapi seru. Di Pulau Penyu aku menggendong penyu dan berfoto dengannya. Seandainya aku punya banyak stok baju mungkin saat itu aku juga akan menggendong ular. Karena sebelumnya aku juga pernah foto bersama ular dan bau amisnya sungguh-sungguh melekat erat di baju.

Kemudian kami ke Pantai Dream Land. Wooow, di sana indaah sekali pemandangannya. Ombaknya biru dan tinggi, pasirnya putih dan halus. Banyak bule berjemur. Sayangnya waktu itu sudah tiba waktu asar, dan aku belum menunaikan Sholat Dhuhur dan Asar. Akhirnya aku hanya berfoto sebentar kemudian sibuk keliling ke sana kemari untuk mencari 'air suci mensucikan' dan tempat sholat (nggak muluk-muluk, di sana mushola kagak ada!).

Setelah itu kami melewatkan senja di perjalanan menuju Garuda Wisnu Kencana. Di sana kami menyaksikan pertunjukan Kecak yang memukau. Pertunjukannya diawali dengan gamelan yang tentunya berbeda dengan gamelan Jawa. Gamelan Bali temponya lebih cepat dan terdengar lebih semangat dibanding gamelan Jawa. Setelah itu muncul beberapa penari yang berperan sebagai Rama, Sinta, dan Anoman. Di samping itu, pertunjukan juga dihiasi oleh penari kecak yang setiap saat meneriakkan "Cak cak cak cak cak ..!" Ada moment istimewa di sini, aku melihat mas-mas penari Kecak yang tidak sebiasa yang lainnya. Mas Penari Kecak yang menari di pojok kanan depan. Haduh, aku ceritain nggak yaaa.. :$ Lumayan tinggi. Punggungnya keren. Kulitnya lebih putih dibanding penari kecak yang lain. Dan tariannya memukau, lebih ekspresif dan berenergi. Yaaah, itu pertama dan terakhir kalinya aku ketemu masnya. 
Read More»»

Friday, June 17, 2011

Dreaming - Kim Soo Hyun



Video di atas adalah cuplikan serial drama Korea "Dream High" episode 13, tepatnya ketika Song Sam Dong menguji keberuntungannya di atas panggung. Scene ini adalah scene yang marai trocoh alias nangis nggak kira-kira.

Song Sam Dong mulanya adalah seorang manusia kampung yang mendapatkan tawaran spesial untuk bersekolah di Kirin Art School, sekolah seni ternama di Korea. Dia berbakat, namun dunia tidak mengetahui bakatnya dalam bernyanyi. Kemudian melalui Goo Hye Mi, perempuan yang cuma dalam sedetik ditaksirnya, Sam Dong diajak ke Kirin Art School. Dia bersekolah dan mengembangkan bakat di sana bersama Goo Hye Mi. Sampai akhirnya ia mencintai musik, terlalu mencintai. Suatu hari, dia divonis menderita Tinnitus yang membuatnya perlahan-lahan tidak dapat mendengar. Kasihaaan! Dia sudah terlanjur mencintai musik. Padahal musik tanpa pendengaran apa jadinya?


Ketika Sam Dong menghadapi showcase (pertunjukan di depan umum) pertamanya, Hye Mi tidak mau membiarkan Sam Dong gagal. Dia memberikan kode-kode khusus untuk Sam Dong supaya Sam Dong dapat mengetahui nada dan tempo lagu. Lagu Dreaming tersebut adalah lagu yang diciptakan Song Sam Dong sendiri. dan liriknya bener-bener bikin trocoh.

Romanization:



Jo molli hwimihejineun
Naye kkumeul barabomyo
Monghani soissotjyo
Do isang nameun ge obso
Dodu pogihalkka hessotjiman
Dasi ironayo

Han-goreum han-goreum
Oneuldo josimseuropge nedidyoyo
Gaseum gadeukhi duryoumgwa
Solleimeul aneun che
Biteulgorigo heundeullyodo
Nan tto han-goreumeul nedidyoyo
Onjen-ga
Mannal ne kkumeul hyanghe

Idero
Kkeutnaneun gon anilji
Duryoumi nal jakkuman
Mangsorige hajiman
Gaseum sok gipeun goseso
Momchuji anneun ullimi nal
Apeuro ikkeuljyo

Han-goreum han-goreum
Oneuldo josimseuropge nedidyoyo
Gaseum gadeukhi duryoumgwa
Solleimeul aneun che
Biteulgorigo heundeullyodo
Nan tto han-goreumeul nedidyoyo
Onjen-ga
Mannal ne kkumeul hyanghe

Han-goreum han-goreum
Oneuldo josimseuropge nedidyoyo
Gaseum gadeukhi duryoumgwa
Solleimeul aneun che
Biteulgorigo
Heundeullyodo
Nan tto han-goreumeul nedidyoyo
Onjen-ga
Mannal ne kkumeul hyanghae
Onjen-ga
Mannal ne kkumeul
Hyang~he

English Translation: 


I was looking at my dream that is being deemed far away
And I was standing blankly
I don’t have anything left any more
I thought about giving up everything, but
I am standing up again

Even today step by step
I step forward carefully
My heart is full of fears
but it’s an excitement I’m embracing
I am staggering and shaking
But, I step forward towards
the dream that I am going to meet some day

As I’m thinking if it’s going to end like this
A fear constantly comes
I’m hesitating but
Deep inside my heart
There’s an unstoppable beating
that drags me forward

Even today step by step
I step forward carefully
My heart is full of fears
but it’s an excitement I’m embracing
I am staggering and shaking
But, I step forward towards
the dream that I am going to meet some day

Even today step by step
I step forward carefully
My heart is full of fears
but it’s an excitement I’m embracing
I am staggering and shaking
But, I step forward towards
the dream that I am going to meet some day

Towards the dream that I am going to meet some day

Indonesia Translation:

Aku memandangi mimpiku yang pergi menjauh (dariku)
Dan aku berdiri dengan (tatapan) hampa
Tidak ada yang tersisa lagi, akankah (aku) menyerah pada segalanya?
Tetapi (aku) bangkit lagi

Selangkah (demi) selangkah hari ini juga (aku) melangkah dengan hati-hati
Ketakutanlah yang memenuhi hatiku(ku) dan bukan kekhawatiran
Meskipun (aku) terhuyung-huyung dan gemetar, aku tetap melangkah
Suatu saat nanti (aku) bertemu (dengan) mimpi yang kutuju

Sesuatu tidak (boleh) berakhir seperti ini
Ketakutan terus menerus (membuatku) ragu, tetapi
Di suatu tempat di dalam hatiku yang terdalam
(aku) tidak dapat menghentikan suaranya, tuntunlah aku ke hadapanmu

Selangkah (demi) selangkah hari ini juga (aku) melangkah dengan hati-hati
Ketakutanlah yang memenuhi hatiku(ku) dan bukan kekhawatiran
Meskipun (aku) terhuyung-huyung dan gemetar, aku tetap melangkah
Suatu saat nanti (aku) bertemu (dengan) mimpi yang kutuju

Selangkah (demi) selangkah hari ini juga (aku) melangkah dengan hati-hati
Ketakutanlah yang memenuhi hatiku(ku) dan bukan kekhawatiran
Meskipun (aku) terhuyung-huyung dan gemetar, aku tetap melangkah
Suatu saat nanti (aku) bertemu (dengan) mimpi yang kutuju

Suatu saat nanti (aku) bertemu (dengan) mimpi yang kutuju

Read More»»

Hujan dan Teduh

Kepadamu, aku menyimpan cemburu dalam harapan yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu.


Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka.
Dan, kebersamaan cuma memperbanyak ruang yang tertutup.
Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan. Ya, jalanmu dan jalanku. Meski, diam-diam, aku masih menatapmu dengan cinta yang malu-malu.


Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan.
Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.


Mungkin, jalan kita tidak bersimpangan....


Ini adalah puisi yang ada di sebuah buku berjudul "Hujan dan Teduh" karya Wulan Dewatra. Apa yang terlintas dalam pikiranmu setelah membaca puisi tersebut? Bagaimana kamu menerjemahkannya? Sebelum buku itu berada di tanganku, temanku memintaku menerjemahkan puisi tersebut dari sudut pandangku. Aku menjawab, "Ooh, menurutku puisinya lagi nyeritain kisah cinta yang tak sampai. Dia bertemu dan mencintai seseorang, tapi seseorang itu ternyata tidak bisa menjadi pasangan hidupnya. Mungkin cuma bisa jadi sahabatnya." Mendengar jawabanku, temanku tersenyum. Dia berkata, "Sumpah Yas, kamu nggak bakal nyangka isi bukunya."

Ternyata benar.  Buku ini menceritakan kehidupan cinta seseorang gadis di Bandung yang -maap- aku katakan sesat. Namanya Bintang. Ketika di SMA, dia punya teman sebangku namanya Kaila. Dan dia menyukai Kaila. Ya, mereka pasangan lesbian. (Nah, lhoo.. Aku kaget banget waktu baca!) Meskipun masing-masing dari mereka sudah memiliki pacar cowok, Bintang punya Kevin, Kaila punya Reno. Tapi cowok mereka cuma mereka jadikan sebagai alat untuk menutupi ke-lesbian-an mereka.

Tapi setelah setahun pacaran, Bintang dan Kevin putus gara-gara Kevin pacarannya kejauhan (You know what I mean). Padahal Bintang sendiri juga bertindak kejauhan dalam hubungannya dengan Kaila, mereka bahkan pernah ciuman. Mereka mengabadikan kemesraanyang sesat itu ke dalam sebuah foto.

Secara tidak sengaja, foto ciuman tersebut diketahui oleh Reno. Sejak saat itu, Reno mem-protect Kaila habis-habisan supaya Kaila tidak dekat-dekat lagi dengan Bintang. Akibatnya, hubungan Bintang dan Kaila merenggang. Kaila tidak mau lai sebangku dengan Bintang. Setelah bertahan beberapa lama dalam kejanggalan tersebut, Kaila menjelaskan bahwa hubungannya dengan Bintang adalah hubungan tidak wajar yang harus segera diakhiri. Dia berkata bahwa dia akan tetap selalu mencintai Bintang, tapi dia tidak ingin bertemu lagi dengan Bintang. Sementara itu, ketika Kaila bersama Reno, dia diajak ke lingkungan buruk tempat anak-anak nakal. Kaila tidak mau. Akibatnya, FATAL. Di akun facebook, Reno menyebarkan foto Bintang dan Kaila yang sedang berciuman. Hal ini membuat mereka dikucilkan dari pergaulan di sekolah. Bahkan, Kaila bunuh diri.

Bintang melanjutkan hidup dengan kuliah di Jakarta. Di sana dia bertemu dengan cintanya yang wajar, namanya Noval. Mereka pun pacaran. Noval adalah seorang pacar posesiv yang cemburuan. Sedangkan Bintang, entah karena polos atau karena cinta, mau-maunya menuruti setiap kata Noval, keluar dari klub renang, bikin tattoo, dll. Pacaran mereka akhirnya juga kejauhan. Mereka melakukan hal fatal dan terlarang yang menyebabkan Bintang hamil. Karena Noval tidak siap bertanggungjawab alias menikahi Bintang, Noval membawa Bintang ke dukun beranak untuk aborsi. Mereka membunuh anak mereka.

Setelah waktu berselang lama, sikap Noval berubah terhadap Bintang. Diam-diam dia dekat dengan seorang cewek bernama Rika. Bintang mengetahui hal tersebut, dari foto yang dikirimkan sahabatnya, Mei, yang ketika itu melihat Noval bersama Rika lagi clubbing. (Huaaa, kaishan banget si Bintang. Udah digituin sama Noval, ditinggal pula) Bintang tidak berani mengambil langkah, dia punya cukup nyali untuk kehilangan Noval (mutusin si Noval maksudee). Tapi dia benar-benar sudah dihinakan oleh si Noval. Bintang diajak untuk melakukannya lagi. Akhirnya, Bintang mutusin hubungannya dengan Noval.

Noval berpikir, "Mana ada cowok yang mau sama elo? Gue udah dapet semua yang guepingin dari elo. Elo dah nggak punya apa-apa." Tapi kata Rika, si cewek yang deket sama Noval, cewek yang udah pernah 'ngasih' pasti nggak mau diputusin. Kalau mau diputusin, itu artinya si cewek udah punya cadangan cowok lain.

Noval curiga Bintang pacaran dengan Dewa, sahabat Bintang. Ketika Noval masuk ke kamar kos Bintang, Noval juga menemukan foto Bintang bersama seorang cowok bernama Daniel, teman SMA Bintang yang diam-diam pernah suka sama Bintang. Dia kemudian bilang ke Bintang, "Dasar PELACUR!!"

Bintang shocked. Sejak hari itu dia mengalihkan harinya untuk memikirkan skripsi dan kuliah S2nya. Akhirnya dia mendapat beasiswa sekolah S2 ke Amerika. Sebelum berangkat ke Amerika, Noval meminta maaf pada Bintang. Dia menyadari bahwa Bintang tetap yang terbaik. Noval mengajak Bintang menikah setelah Bintang menyelesaikan S2nya di Amerika.

Namun, di Amerika, Bintang memperoleh fakta menyakitkan, rahimnya harus diangkat karena terkena infeksi. Bintang tidak mengabari Noval dan ibunya. Ketika pulang ke Indonesia, dia meminta tolong sahabat lamanya, Daniel, untuk menjadikan dirinya sebagai seorang pelacur di mata Noval. Dia ingin Noval mendapatkan yang lebih baik darinya. Noval shocked melihat Bintang bersama Daniel.

Tapi Ibu Bintang pengertian. Ibu Bintang menjelaskan semuanya kepada Noval yang sejak hari itu marah pada Bintang. Noval mengerti, kemudian dia menemui Bintang dan berkata, "Bintang, kenapa lo bikin semuanya jadi begitu sulit?" --- nggak jelas Noval jadi nikahin Bintang apa nggak.
Read More»»

Sunday, April 17, 2011

My Wonderful Childhood [SD] - Part 2

Aku suka beli buku cerita bergambar yang seharusnya bisa habis sekali baca di toko buku, nggak perlu dibeli.

Aku suka baca novel, terutama karyanya Pipiet Senja yang kebanyakan tentang Thalasemia.

Aku beli novel Harry Potter and the Order of the Phoenix ketika kelas 4 SD, padahal otakku masih belum mampu mencerna ceritanya.

Aku pernah ikut teater waktu ada acara pertemuan orang tua di Hotel Quality. Dan aku jadi ibu peri. Hahaha.

Aku pernah jadi dokter kecil bersama seorang teman bernama Ridwan Pratama.

Aku pernah disuruh maju mengisi acara membaca surat Al-Mulk, dan temponya kelambaten. Tapi aku seneng banget waktu itu karena itu tasmi' pertamaku. Sayangnya waktu itu ummi abi nggak bisa hadir ke acara tersebut, jadi diwakilkan tanteku.

Aku bisa renang sedikit-sedikit waktu kelas 5 SD.


Dulu model banget geng-gengan. Setiap geng punya lagu yel-yel masing-masing. Biasanya kalau mau berangkat renang (di SDIT ada agenda renang dari sekolah), setiap geng adu lagu. Kadang-kadang sampai musuhan.


Aku pernah ngasih hadiah ummi waktu ummi ulang tahun berupa puisi dan cincin hadiah makanan ringan Rp 500an.


Aku pernah liat Annisa Dwi Astuti kecebur selokan waktu main bareng aku di depan sekolah.


Aku pernah naik becak sendirian waktu kelas 3 SD gara-gara orang tua nggak ada yang bisa jemput. Sedangkan tanteku yang juga ada di Solo hanya bisa jemput sekitar maghrib. Karena aku udah takut menunggu di SDIT, aku jalan kaki sampai perempatan Fajar Indah, kemudian naik becak ke rumah. Ternyata kejadian ini membuat orangtua, tante, muna, dan pembantu bingung. Karena ketika tante tiba di SDIT, tante tidak mendapatiku ada di sana. Kemudian tante telepon ummi-abi menceritakan semuanya (sampai mau nangus katanya, dikiranya aku ilang). Tapi akhirnya, aku sampai di rumah dengan selamat bersama pak becak yang baik hati yang alhamdulillah nggak menculikku. Haha.


Kelas 5 SD, aku pernah dengan beruntung diberi kesempatan mewakili sekolah mengikuti tryout di SMKN 7 Surakarta bersama wakil-wakil yang lain. Waktu itu aku duduk di samping Almh.Atina Hasanah yang terkenal pinter banget di sekolah. Tapi aku nggak berani nyontek padahal aku nggak bisa garap. Akhirnya, aku dapet peringkat 45 dari sekian banyak orang. Menurutku itu udah lumayan dengan tingkat soal yang seharusnya dikerjakan anak kelas 6. Tapi kenyataannya, aku adalah wakil SDIT yang mendapat peringkat terendah dalam tryout tersebut. -.-


Aku pernah ditinggal ummi ke Tegal selama kurang lebih 1 tahun. Dan selama ditinggal ummi itu, aku malah pernah dapet peringkat 1 di kelas. Gara-gara abiku yang mirip penjajah Belanda, setiap hari nyuruh belajar padahal belajar itu rasanya seperti kerja rodi bagiku. -.- Pas rankingku kembali seperti semula, bukan ranking 1 lagi, Pak Husni bilang, "Ummimu balik dari Tegal kok kamu peringkatnya jadi turun sih Yas? Ummi galak tho?" AKu diam. Dalam hati bicara, "Nggak, yang galak itu abi!"


Aku melakukan sholat sunnah, sholat dhuha, sholat berjamaah dan belajar, kebanyakan karena guruku ngabsenin amal ibadah yaumiyah.


Kalau mbah kakung main ke rumahku, aku sering disuruh belajar. Dan aku sebel.


Kalau menjadi wakil sekolah untuk ikut lomba, pasti nggak pernah menang.

Kelas 5 SD, aku mulai mengidolakan seseorang. Sayangnya, yang aku idolakan adalah Peterpan. Ya ampuun, bener-bener kelam.


Kelas 6 SD, aku mulai menjadi pecinta Harry Potter gara-gara lihat Harry Potter and the Chamber of Secret. Sejak saat itu aku dan Adheelah Afrizal, temen sekelasku, suka ngumpul berdua dan ngomongin segala macam hal tentang Harry Potter. Dan parahnya lagi, aku ngefans berat sama Daniel Radcliffe, pemain Hary Potter, yang pernah tamil bugil di Equus. Sebelum aku tahu dia pernah tampil bugil, aku dan Adheelah sibuk banget ngumpulin gambar dan poster Harry Potter. Kita sering berkunjung ke kelasnya Karima, adik kelasku yang kakaknya ngefans berat sama Harry Potter juga. Dia punya banyak koleksi gambar Harry Potter di rumah. Dan aku sambil memohon-mohon merayu Karima biar aku dibolehin minta gambar-gambarnya.


Aku suka pergi ke Yahoo di deket ursulin, naik sepeda onthel, buat sekedar membuka google dan mencari gambar-gambar Harry Potter. Padahal rumahku Colomadu dan bodohnya aku memilih Yahoo yang berkelas itu untuk sekedar membuka google image. Kok yo ra warnet murah waee .. -.-


Aku punya email, tapi aku nggak bisa menggunakannya.


Waktu UAS, ada gempa Yogyakarta.


Pernah mau ke masuk ke Ponpes Gontor, tapi nggak jadi, alhamdulillah. Pernah juga mau masuk Al-Islam, tapi guru tahfidz kurang setuju, alhamdulillah. Pernah juga mau disuruh saudara-saudara masuk SMPN 1. Tapi aku nggak mau, alhamdulillah. Akhirnya aku masuk SMPIT Nur Hidayah, alhamdulillah.
Read More»»

My Wonderful Childhood [SD] - Part 1

Akhirnya aku mendaftar juga di SDIT Nur Hidayah (disingkat SDIT untuk selanjutnya). Dulu parkirnya di gedung barat SDIT yang dulunya lapangan kosong. Aku sempet takjub, karena SDIT gedungnya 3 lantai. Sementara 2 sekolahku sebelumnya, cuma sekolah kecil yang ada di desa. Akhirnya aku semangat banget masuk sekolah di sana.

Setelah melalui serangkaian test, akhirnya aku diterima di sana. Kata orang masuk SDIT itu susah. Selain itu biayanya juga lebih mahal daripada sekolah lainnya. Alhamdulillah takdir membawaku ke sana. :)


Kalau aku pulang sekolah, ummi udah menyambut di ruang tamu. Setelah aku masuh, ummi tanya, "Tadi diajarin apa di sekolah?" Dan aku mulai bercerita apa yang aku lakukan seharian di sekolah.


Aku kenal sama seorang bernama Keke ketika penerimaan siswa. Ketika orangtua kami pada briefing, kami jalan-jalan memutari SDIT yang saat itu bagi kami besar sekali. Kemudian tiba-tiba Keke mengajakku ke kamar mandi, dia pingin pup, kemudian aku masuk ke kamar mandi yang setelah aku benar-benar menjadi murid di sana aku mengetahui bahwa itu kamar mandi laki-laki.

Aku pernah bolos sekolah di hari sabtu hanya karena disuruh ummi pakai kerudung bertali. Waktu itu hari sabtu, dan di hari sabtu SDIT pakai baju bebas. Aku udah sempet berontak nggak mau pakai jerudung bertali ke sekolah, "Nggak mau! Nanti kalo lepas aku nggak bisa nali. Trus yang naliin siapa, ummi?" Alasan konyol. Tapi ummi memaksaku memakai. Akhirnya pas aku sampai di sekolah dengan diantar abi, aku nggak mau turun dari motor. Akhirnya aku dikembalikan ke rumah. Trus aku nangis di kamar.


Aku suka main polisi-polisian sama temen-temen sekelas. Yang perempuan jadi polisi, yang laki-laki jadi maling. Nanti kejar-kejaran dan si polisi harus berhasil nangkep malingnya. Sampai akhirnya seorang temanku bernama Zakiyah bilang, "Eh, kalo laki-laki sama perempuan itu nggak boleh pegang-pegangan lho." Dan akhirnya permainan itu dihentikan karena kalo polisi mau nangkep maling kan otomatis harus pegang tangannya. Besoknya ketika berangkat sekolah, aku bilang ke abi, "Bi, kata temenku laki-laki sama perempuan itu nggak boleh pegangan ya?" Aku bingung karena waktu itu aku naik motor boncengan sama abiku dan aku biasanya pegangan abiku. Mendengar pertanyaanku, abi hanya tertawa.



Aku suka main buaya-buayaan. Kalau nggak naik di atas kursi hijau nanti gak selamat oleh buaya. Jadi kerjaan kita naik-naik kursi.


Aku suka main Laut Merah. Lantainya SDIT ada yang warnanya merah bata. Dan kita harus melewati lantai tersebut dengan melompat. Barang siapa yang lompatannya nggak tinggi, akan kecebur di Laut Merah.


Aku pernah ngompol di kelas.

Aku pernah diajari cara melipat baju, melipat kaos kaki, menali sepatu, menata boneka, table maner, jualan barang, dll. Semua dalam pelajaran Life Skill. Hihihi.


Ketika kelas 2 SD, anak-anak perempuan di kelasku terpecah menjadi 2 kubu. Ketika di kamar mandi, 2 kubu tersebut ciprat-cipratan air dari kamar mandi yang berbeda (kamarmandi dibatasi sekat tembok, tapi temboknya tidak menempel langit-langit). Kemudian kubu lawan menciprati kubuku dengan segayung air, dan yang kena adalah aku. Sampai di kelas, Pak Husni menyuruh kami bermaafan.


Setiap ada ujian, aku yang masih suka bermain bersama teman-teman kampung sering lupa waktu. Dan ummi pasti dengan susah payah mencariku dan kemudian menyuruhku pulang buat belajar.


Ketika kelas 1-3, kami sering sholat di kelas berjamaah. Dan bacaannya dikeraskan, kompakan satu kelas.

Aku tidak mau meninggalkan sholat wajib karena takut pada abiku karena abiku sering ngabsen sholatku. -.- Ampuni dosa hamba Ya Allah.. .


Kalau sholat dhuhur di masjid, kami suka ngobrol waktu sholat (terutama ketika sujud, haha). Jadi ketika seharusnya hidung menyentuh lantai saat sujud, kami malah menengok ke samping dan berbicara sambil ketawa-ketawa. Selesai sholat, guru kami selalu bertanya, "Hayoo, siapa tadi yang sholatnya sambil bicara?" Masa-masa kelam.


Kami suka pidak-pidakan kaki kalau sholat dan mengulur-ulur takbiratul ihram. :D


Ketika kelas 1, aku nggak tau mana yang lebih bagus antara ranking 2 dengan ranking 9. Aku pernah ranking 2 di cawu I. Di cawu selanjutnya aku jadi ranking 9. Tapi abiku bilang, "Selamat ya Yas. Rankingmu tambah besar angkanya." Dan parahnya, aku senang.


Aku suka banget Teletubbies. Aku punya 2 tas Teletubbies. ^^


Dulu model tas gledhekan sedang booming, dan aku juga punya. Gambarnya Piyo-piyo.
Read More»»

My Wonderful Childhood [TK]

Setelah hidup bertetangga di dekat rumah Mbah Iyem yang baik hati, aku pindah ke kontrakan lain, masih di desa yang sama.

Aku di sekolahkan di TK Pertiwi. Parahnya, ketika aku daftar TK di sana, aku berbisik ke ummi, "Ummi, di sini kan cuma ada kelas nol besar, nggak ada nol kecilnya." Jiah, aku sok tahu banget.

Aku bersahabat dengan seorang anak yang bernama Lia. Dia kebanyakan makan permen, giginya jadi gigis. Hahaha. Makannya ummi bilang, "Rajin-rajin sikat gigi, jangan banyak makan permen, nanti ndak gigis kaya Lia." Wkwkwk, ummi tega sekaliii .. Oiya, pensil warnanya bagus banget. Dan setiap aku minta ke ummi supaya dibelikan pensil warna yang sama, pasti nggak boleh.


Aku juga punya temen laki-laki, tapi aku lupa namanya. Dia dan gengnya adalah sekumpulan anak yang nakal. Sukanya njahilin anak perempuan dan dia suka banget ngece aku. Tapi kata guruku waktu itu aku nakal. Jadi nakal lawan nakal imbang.


Celana olahragaku TK udah bolong berkali-kali karena aku suka main prosotan. Seragam olahraga di kantor habis, jadi aku harus pakai seragam olahraga yang berbeda.


Aku belajar membaca sama ummi di suatu malam. Ummi sampai marah-marah karena aku nggak bisa, "Sisirrr huruf belakangnya apa?" Aku menjawab, "M? N? A?" Sampai akhirnya ummi bener-bener anyel dan menyuruhku tidur. Paginya, aku mendadak bisa membaca. Kemudian aku bilang ke ummi, "Ummi, huruf belakangnya sisir itu R kan?"


Aku juga dikasih tau sama ummi kalo huruf NG itu dibaca 'eng' sedangkan NY dibaca 'eny'. Paginya, waktu jalan-jalan olahraga bareng temen-temen sekolah, kami menemukan tulisan dengan huruf NG. Temen-temen sekelas sibuk mengeja huruf tersebut, terus aku bilang, "NG itu bukan dibaca 'eneg', tapi 'eng'!"


Aku dan tetanggaku, Okky, pergi ke kebon pisang tiap sore buat cari ulat. Aku juga diajari memanjat pohon sama Okky. Pokoknya waktu itu kelam banget!


Aku suka main ke rumah Okky, dia tinggal sama eyangnya, eyang Rumengan. Eyang Rumengan baik banget sama aku dan Muna. Beliau suka memberi boneka atau makanan. Hihi.


Aku dibeliin ummi celengan di tokonya Mbah Rejo, toko di seberang masjid tempat aku nantinya TPA.  Setiap hari aku nyelengi. Tapi kalau aku mau berangkat sekolah, celengan itu aku taruh di deket jendela ruang TV. Nah, kalau pas istirahat di sekolah aku kekurangan uang jajan, aku lari ke rumah buat ambil duit secara paksa di celengan tersebut. Cukup melongok lewat jendela, nggak perlu masuk rumah.


Aku pernah nanem taneman di depan rumah tapi nggak ada akarnya. Trus temenku yang kebetulan melihat ulahku bilang, "Kalo nanem taneman tapi nggak ada akarnya nanti bisa jadi duri banyak banget lho." Karena takut rumahku berduri, langsung aku cabuti semua tanamannya.


Aku sebel banget kalau mbak pembantuku nggak bukain pintu rumah waktu aku pulang sekolah. Digedor-gedor pintunya tetep nggak nongol orangnya. Akhirnya aku berinisiatif nyari pembantuku yang nggak taunya lagi pacaran dengan seorang pemuda yang tidak diketahui namanya.


Aku pernah kecipratan sambel waktu aku beli lotis. Trus aku nangis.


Aku dulu sama ummi sering pergi ke wartel buat telpon abi. Dan sekali telepon, antrinya panjaaaang banget. Maklum, belum jaman telpon genggam.


Aku pernah naik bis tingkat di Solo.


Aku TPA di Masjid deket warungnya Mbah Rejo.  TPAnya besar. Dibagi menjadi kelas-kelas, sesuai dengan kemampuan membaca Al-Quran nya. Kalau di kelas, temen-temen sekelas sering kagum sama tasku karena tasku itu tutupnya lucu, kalau dipencet buka. Modelnya kaya tas orang Jepang, tapi slempangan dan cewek banget. Warnanya ijo. Padahal tas itu lungsuran dari tanteku atau mungkin ummiku.


Aku pulang sendirian, nggak dijemput ummi. Kalo pulang lewat sawah dan lapangan, nanti pasti celananya ketempelan taneman Tumo Kathok. Kalo lewat jalan deket rumah kontrakan lama, nanti lewat warungnya bapak yang jual mie ayam. Dan pasti beliau nyapa, "Yasmiiin, baru pulang TPA ya?"


Aku pernah ke museum Dirgantara bareng anak-anak TPA.


Aku nggak bisa bedain kata piket dengan tiket. -.-


Aku dibeliin ummi alat dokter-dokteran. Dan aku seneng banget.


Aku pernah makan mie ayam dan kebanyakan pakai saos. Malemnya, perutku sakit.


Aku pernah njatuhin Muna dari sepeda waktu aku sepedaan di dalam rumah. -.- Trus aku dimarahin.

Aku sukanya ngelihatin pasiennya ummiku yang albino. -.- Kukira dia udah tua tapi kekanan-kanakan. Ternyata albino ..


Aku pernah memelihara ikan koi dan selalu mati.


Kadang-kadang, setiap sore yang cerah, aku, muna, dan pembantuku pergi ke lapangan buat nangkep capung. Kemudian capung-capung itu ditaruh di plastik dan dibawa pulang. Di rumah, aku punya toples khusus buat capung. Aku masukin capung itu dan aku tutup tutup toplesnya. Beberapa hari kemudian, capung-capung itu mati. Kemudian aku ganti dengan capung-capung yang lain. Semoga Allah mengampuni dosaku. 


Aku pindah ke Colomadu waktu aku TK nol besar, karena ummi udah selesai PTT. Di sana aku disekolahkan di TK Bhakti X Gawanan, TK Islam, tapi pakai kerudungnya cuma sekali seminggu.


Aku pernah ikut lomba drumband, tari, dan mewarnai.


Di TK, bu guru selalu memberi PR menulis di hari tertentu. Biasanya menulis biasa, tapi suaru hari aku mendapat PR huruf yang nggak aku kenal sebelumnya. Aku langsung tanya ke temen-temen, "Eh, kok PRnya kayak gini tho hurufnya?" Tapi ternyata PRku beda sendiri dengan PR teman-temanku yang semuanya huruf biasa. Pas di rumah, aku lapor ke ummi kalo aku dapet PR huruf aneh. Beliau bilang, "Ini huruf tegak bersambung." Aku pun dibantuin ummi nyelesain PR tersebut, tapi pas ngerjain PR aku malah nangis karena nggak bisa ngerjain. (sifat yang kadang masih kebawa sampai sekarang)


Aku pernah ngisi perpisahan dengan tari. Tapi di panggung, jarikku lepas. Vulgar. -.-

Aku harus lanjut sekolah ke SD. Temen-temenku sekelas banyak yang mau sekolah di SDN Gawanan 1. Tapi banyak juga yang mau sekolah di Solo. Habis itu aku bilang ke abi, "Bi, aku besok sekolahnya di Solo ya?" Abi bilang, "Iya, kamu mau gak sekolah di SDIT Nur Hidayah?" Aku menjawab, "Nggak mau. Maunya di Solo!"
Read More»»