Sunday, March 6, 2011

Sajak Cinta

Akulah selembar daun yang sengaja menjatuhkan diri; berharap kau mengerti itu bahasa rinduku. Dan caraku menyetuhmu.


Demi waktu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan rindu, aku ingin sekali menyapamu, walau dengan isyarat yang tak kautahu.




Kenangan, adalah cermin, yang di dalamnya melulu bayanganmu.


Sesunyi apapun malam, kenangan selalu mampu meramaikan ingatan.


Kau sembunyikan bulan di matamu, sehingga setiap kelopak matamu terbuka, malam begitu benderang di mataku.


Pasti akan kukisahkan padamu tentang sepi yang agaknya, mulai menggugurkan rindu: daun-daunnya yang menguning, jatuh satu-satu.


Aku merindukanmu seperti denyut jam, yang terlalu lambat menghampiri senja.


Kau tahu, aku selalu ingin berbincang denganmu, meski hanya sekedar menanyakan hal-hal yang telah aku tahu.

Aku tidak mengerti, bagaimana cara Tuhan membuatku merasa kehilangan sesuatu yang belum pernah kumiliki.


Aku tengah sibuk mengemasi masa lalu, ketika tibatiba terdengar ketukan di pintu. Kenanganmu.


Ternyata rindu itu bilangan ganjil yang tak pernah habis dibagi bilangan apapun, kecuali oleh bilangan pertemuan.


Jika cinta selalu terlupa cara membasuh luka, mungkinkah senja juga lupa cara menenggelamkan dirinya?

Diambil dari twitter @sajak_cinta

No comments:

Post a Comment

Leave your comment here ..