Thursday, March 3, 2011

Kenapa Aku Memilih SMANSA? [1]

Lu'lu'i Khoirunnisa', seorang adik kelasku di SD bertanya padaku, "Mbak, kok kamu pilih SMANSA kenapa? Kenapa nggak di SMAIT aja?" Hahaha, dia bukan orang pertama yang menanyakan itu sehingga bukan kali pertama juga aku mengemukakan alasanku. Dan akhirnya aku berinisiatif menuliskannya di sini supaya aku tidak perlu susah-susah menjawab pertanyaan mereka, cukup hanya dengan membagi link post ini. :D

Setiap orang memang punya cerita berbeda yang membawanya sampai ke SMANSA. Begitu juga dengan aku. Tiga tahun lalu, saat aku masih berseragam biru putih, dengan jujur aku mengakui aku memang tidak pernah menjadikan SMANSA sebagai satu-satunya pilihanku untuk melanjutkan sekolah. Apalagi sebagai siswa yang telah 9 tahun menuntut ilmu di Sekolah Islam Terpadu, tentu pilihan ini bukan hal yang mudah diambil. Di Sekolah Islam Terpadu, pendidikan agama menjadi yang utama meskipun bukan satu-satunya. Sehingga sangat dikhawatirkan benih yang telah diproses di Sekolah Islam Terpadu terkontaminasi dengan hal-hal buruk di luar sana. Yaah, tahu sendirilah bagaimana dunia sekarang ini ..

Orangtuaku menyuruhku masuk ke sekolah negeri, meskipun pada dasarnya mereka khawatir juga. Jauh sebelum aku menginjakkan kaki di kelas IX, mereka berkata, "Besok masuk SMA 4, ya.." Ya, saat itu mereka lebih menyarankanku ke SMAN 4 Surakarta dengan alasan karena SMAN 4 Surakarta termasuk SMA favorit di Surakarta yang lulusannya kebanyakan sudah pada jadi orang berhasil. Selain itu letak sekolahnya dekat dari rumah sehingga transport lebih mudah. Tapi aku menolak untuk masuk ke sana. Bukan karena aku membantah alasan yang telah kusebutkan di atas, tapi karena masalah pergaulan. Padahal sebenarnya masalah pergaulan tergantung pada individu masing-masing, bisa dibantu juga dengan proteksi orangtua. Tapi, aku terlalu khawatir keadaannya akan njeglek banget.

Ketika aku menginjak kelas IX, aku mulai memikirkan masalah SMA matang-matang. Setelah melalui pertimbangan panjang, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba masuk ke SMAN 1 Surakarta. Banyak kalangan masyarakat menganggap SMAN 1 Surakarta sebagai salah satu sekolah bergengsi di Surakarta dan persaingan untuk masuk ke sana sangatlah ketat. Memang, sih, aku nggak pinter-pinter amat. Tapi aku berpikir, "Nggak ada salahnya kan dicoba?" Setelah mendengar keputusanku, mungkin orangtuaku heran juga, "Wah, nih anak berani banget.." Hahaha.


Kenapa SMAN 1 Surakarta? Apakah karena gengsi? Not at all.
  1. Berharap dapet jalan yang lebih mudah untuk masuk PTN. 
  2. Guru insya allah berpengalaman.
  3. Fasilitas belajar cukup memadai.
  4. Lingkungan belajar insya allah kondusif.
  5. Pergaulannya mending-mending daripada sekolah negeri yang lain.
Saat itu sempat terlintas dalam pikiranku untuk melanjutkan sekolah di SMAN 3 Surakarta yang 'katanya' juga bagus. Tapi orangtuaku berkata, "Oke, kalau nggak mau di SMAN 4. Tapi jangan di SMAN 3. Jauh tempatnya. Kalo mau lajo, nanti kasian kamunya. Kalo mau ngekos, ummi-abi pikir-pikir untuk membolehkan."

Alhasil, mulai saat itu aku punya tujuan untuk meraih SMAN 1 Surakarta. Untuk mewujudkan hal itu, tentunya dibutuhkan nilai Ujian Nasional di atas 90. Akhirnya aku dan teman-teman yang juga bercita-cita masuk SMAN 1 Surakarta les bersama di Ganesha Operation. Tiga hari dalam seminggu pulang maghrib, padahal SMPku pulangnya baru jam 4 sore. Jadi kalau les sering terlambat. Hahaha. Sepulang les masih juga belajar, ndengaren. Baca buku, mengerjakan TOPS, Detik-Detik UN, soal-soal UN tahun lalu, soal-soal try out, dll. Nganti nglotok .. !  Dan sejauh ini, aku belum kepikiran untuk masuk SMAIT. :D

Tibalah saatnya pendaftaran SMAN 1 Surakarta. Hmm, ternyata SMAN 1 Surakarta tidak membuka kelas reguler, hanya kelas SBI. Itu artinya, untuk masuk ke SBI, tidak hanya dibutuhkan nilai UN yang berdaya saing, tapi juga harus mengikuti test (tertulis, psikotes, wawancara bahasa indonesia, wawancara bahasa inggris, dll) serta mengumpulkan nilai rapor semester 1-5 dengan standar nilai yang telah ditentukan. Pokoknya ribet!

Mendengar itu aku sempat down. Kebijakan tersebut adalah kebijakan baru sehingga tidak ada persiapan nilai rapor semester 1-5. Bahasa gampangnya, "Nek mudeng mbukake SBI thok ee mbok kat mbiyen mlebu SMP aku sregep sinau ben biji rapore memenuhi standar.." Tapi alhamdulillah, setelah dicek raporku, nilainya memenuhi syarat mendaftar. Akhirnya perjuanganku lanjuut. Tapi di tengah jalan, aku mulai kepikiran untuk mendaftar SMAIT.

* To be continue ..

4 comments:

Leave your comment here ..